- KARAKTERISTIK
IPA
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik.
Ciri-ciri
khusus tersebut dipaparkan berikut ini:
1. IPA
mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh
semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang
dilakukan terdahulu oleh penemunya.
2. IPA
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
3. IPA
merupakan pengetahuan teoritis.
Teori IPA diperoleh
atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan
cara yang lain
4. IPA
merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
Dengan bagan-bagan
konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang
bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
5. IPA
meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap
·
Produk dapat berupa fakta (konsep),
prinsip, teori, dan hukum.
·
Proses merupakan prosedur pemecahan
masalah melalui metode ilmiah
·
Aplikasi merupakan penerapan metode atau
kerja ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
·
Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang
obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
- Karakteristik IPA ( Wasih Djojosoediro 17-20 )
Istilah
Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.
Kata
sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”.
Dalam
bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan.
Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia
dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan naturals cience yang dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Dalam kamus Fowler (1951), natural
science didefinisikan sebagai systematic and formulated knowledge dealing with
material phenomena and based mainly on observation and induction yang diartikan
bahwa “ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis
dan disusun Pengembangan Pembelajaran IPA SD dengan menghubungkan gejala -gejala
alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi”.
Sumber lain menyatakan bahwa didefinisikan
sebagai a pieces of theoritical knowledge
atau sejenis pengetahuan teoritis. IPA merupakan cabang pengetahuan yang
berawal dari fenomena alam.
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan
pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran
dan penyelidikan ilmuwan yang
dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data,
dan
biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat
kuantitatif,
yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala -gejala alam.
Dengan demikian, pada hakikatnya IPA
merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta,
konsep, prinsipdan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian
kegiatan dalam metode ilmiah. Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah
tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal
yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan
proses perolehannya.
IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai
produk dan IPA sebagai proses.
Science is both of knowledge and a process (Trowbridge and Sund,
1973:2).
Secara
umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil
tanggapan pikiran manusia atas gejala yang terjadi di alam Seorang ahli IPA
(ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan
sendiri suatu percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan
observasi.
Pembuktian teori Einstein secara ekperimental tidak dilakukan oleh Einstein.
Planet Neptunus pada awalnya tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi
tetapi
melalui perhitungan-perhitungan. Dengan demikian, IPA juga merupakan
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, 1941).
Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang
ilmuwan
dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh Pengembangan Pembelajaran IPA SD berdasarkan
gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa
teori yang diperoleh melalui hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan
bertahan kalau tidak sesuai dengan hasil observasi, sehingga suatu teori tidak
dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh hasil pengamatan. Planet
Neptunus tidak akan dapat di temukan teoritis
jika sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan dalam
lintasan planet lainya. Jika IPA merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis
yang diperoleh dengan cara yang khusus, maka cara tersebut dapat berupa
observasi, eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, pembentukan teori, eksperimentasi,
observasi dan seterusnya. Cara yang demikian ini dikenal dengan metode ilmiah
(scientific method).
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin
ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu
selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun
ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta
aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya.
Fakta-fakta
tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat
dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi
(Prawirohartono, 1989:93).
Sebagai
ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bidang ilmu lain.
Ciri-ciri khusus tersebut
dipaparkan berikut ini.
a. IPA
mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh
semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang
dilakukan terdahulu oleh penemunya.
Contoh:
nilai ilmiah”perubahan kimia”pada
lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami
perubahan kimia,mengakibatkanbenda
hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke
sifat benda sebelum mengalami
perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.
b. IPA
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
dan
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-ejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak
hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta saja, tetapi juga ditandai
oleh munculnya “metode ilmiah” (scientificmethods) yang terwujud melalui suatu
rangkaian ”kerja ilmiah” (working cientifically), nilai dan “sikap ilmiah”
(scientific attitudes) (Depdiknas,2006).
c. IPA
merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara
cara yang satu dengan cara yang lain
d. IPAmerupakan
suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang
telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat
untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e. IPA
meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap
·
Produk dapat berupa fakta, prinsip,
teori, dan hukum.
·
Proses merupakan prosedur pemecahan
masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian
hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan.
·
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
·
Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang
obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
- KARAKTERISTIK BELAJAR IPA
Uraian karakteristik
belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
1. Proses
belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan
berbagai macam gerakan otot.
2. Belajar
IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya,
observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
3. Belajar
IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini
dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu,
ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan
dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA
mengutamakan obyektivitas.
4. Belajar
IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar,
konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek,
penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan
semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang
benar-benar obyektif.
5. Belajar IPA merupakan proses aktif
- Karakteristik Belajar IPA ( Wasih Djojosoediro : 20-23 )
Berdasarkan
karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini
berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Sesuai
dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang
dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses
perolehan fakta yang didasarkan Pengembangan Pembelajaran IPA SD pada kemampuan
menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai
fenomena yang berbeda.
Cakupan dan
proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri. Uraian
karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
1.
Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir,
dan berbagai macam gerakan otot.
Contoh, untuk
mempelajari pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang
melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang,
luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan
alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur dan cara
pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran
kuantitatif yang
akurat. Misalnya data panjang awal benda sebelum dipanaskan dan data panjang
akhir benda setelah dipanaskan dalam kurunwaktu tertentu.Proses ini melibatkan alat
indrauntuk mencatat data danmengolah data agar dihasilkan kesimpulan yang
tepat.
2.Belajar IPA dilakukan
dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).
Misalnya,observasi,
eksplorasi, dan eksperimentasi.
Termasuk teknikmanakah
yang Anda gunakan ketika Anda belajar fenomena gerak jatuh bebas? Mengapa
demikian?
3.Belajar IPA
memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan.
Hal
ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas.
Selain itu,ada hal-hal
tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan
indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan
obyektivitas.Misal,pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu
pengukur suhu yaitu termometer. Alat
bantu ini membantu ketepatan pengukuran dan data pengamatannyadapat dinyatakan
secara kuantitatif. Jika pengukuran dilakukan berulang-ulang dengan tingkat
ketelitian yang sama maka data yang diperoleh akan sama. Jika pengukuran
dilakukan dengan panca inderasaja, maka data yang diperoleh akan berbeda-beda
dan datanya bersifat kualitatif karena didasarkan pada hal-hal yang dirasakan
orang yang melakukan pengukuran. Data kualitatif ini bersifat subyektif, karena
sangat mungkin keadaan panas benda yang sama, dirasakan oleh dua orang atau lebih
yang berbeda, hasilnya berbeda-beda pula sehingga data yang diperoleh tidak
obyektif
4. Belajar IPA
seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi
atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis,
dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk
memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.
Contoh,sebuah temuan
ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus
dibawa kepersidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai
tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan denganmenghadirkan
ahlinya.
5.Belajar
IPA merupakan proses aktif
Belajar
IPA merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan
untuk siswa. Dalambelajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan
pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji
penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya
pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu
aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on (NRC,
1996:20). Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga
harus memperoleh pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar
IPA.
Para
ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran IPA seyogianya
melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang menganjurkan bahwa
pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi
inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya.
Melalui
kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber,
siswa menerapkan materi IPA untuk mengajukan per tanyaan, siswa menggunakan
pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan, membuat keputusan, diskusi
kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan
aktif untuk belajar.
Dengan
demikian, pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan menekankan
pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu
memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20).
Ditinjau
dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan dasar
dan pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran
di sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengancara ini diharapkan
pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Kenyataan di lapangan, aktivitas
siswa sering diartikan sempit. Bila siswa aktif berkegiatan, walaupun siswa
sendiri tidak mengetahui (merasa pasti) untuk apa berbuat sesuatu selama
pembelajaran, maka dianggap pembelajaran sudah menerap-kan pendekatan yang
aktif.
Proses
pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi danmemahami alam sekitar secara ilmiah.
Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana
agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran
IPA ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat)
yang diarahkan padapengalamanbelajar untuk merancang dan membuat suatu karya
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
DAFTAR
PUSTAKA
Wasih Djojosoediro . Modul Hakikat IPA dan Pembelajaran
IPA. Semarang : UNNES PGSD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar