Rabu, 24 Desember 2014

HAKIKAT IPA ( Karakteristik IPA dan Karakteristik Belajar IPA)




HAKIKAT IPA ( Karakteristik IPA dan Karakteristik Belajar IPA)


  1. KARAKTERISTIK IPA
                IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik.
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini:
1.      IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
2.      IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
3.      IPA merupakan pengetahuan teoritis.
Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
4.      IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
5.      IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap
·         Produk dapat berupa fakta (konsep), prinsip, teori, dan hukum.
·         Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah
·         Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan   konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
·         Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

  •   Karakteristik IPA ( Wasih Djojosoediro 17-20 )
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.
Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”.
Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan naturals cience yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and induction yang diartikan bahwa “ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun Pengembangan Pembelajaran IPA SD dengan menghubungkan gejala -gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi”.
  Sumber lain menyatakan bahwa didefinisikan sebagai a pieces of theoritical    knowledge atau sejenis pengetahuan teoritis. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
            IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang
  dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode
  ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
  pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
  biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat
  kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap     gejala -gejala alam.
Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsipdan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya.
             IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses.
  Science is both of knowledge and a process (Trowbridge and Sund, 1973:2).
  Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Namun dalam       hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala yang terjadi di alam Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.
  Pembuktian teori Einstein secara ekperimental tidak dilakukan oleh Einstein.
  Planet Neptunus pada awalnya tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi tetapi
  melalui perhitungan-perhitungan. Dengan demikian, IPA juga merupakan
  pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, 1941).
  Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang
  ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh   Pengembangan Pembelajaran IPA SD berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan  berupa teori yang diperoleh melalui hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan hasil observasi, sehingga suatu teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh hasil pengamatan. Planet Neptunus tidak  akan dapat di temukan teoritis jika sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan planet lainya. Jika IPA merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khusus, maka cara tersebut dapat berupa observasi, eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, pembentukan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya. Cara yang demikian ini dikenal dengan metode ilmiah (scientific method).
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya.
  Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989:93).
Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bidang ilmu lain.
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a.       IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
Contoh:
nilai ilmiah”perubahan kimia”pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami
perubahan kimia,mengakibatkanbenda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke
sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.
b.      IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
            dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-ejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientificmethods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working cientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas,2006).
c.       IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
d.      IPAmerupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e.       IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap
·         Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
·         Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
·          Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
·         Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.


  1. KARAKTERISTIK BELAJAR IPA
Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
1.      Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.
2.      Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
3.      Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas.
4.      Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.
5.       Belajar IPA merupakan proses aktif

  •   Karakteristik Belajar IPA ( Wasih Djojosoediro : 20-23 )
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA  yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan Pengembangan Pembelajaran IPA SD pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda.
Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri. Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir,  dan berbagai macam gerakan otot.
Contoh, untuk mempelajari pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran
kuantitatif yang akurat. Misalnya data panjang awal benda sebelum dipanaskan dan data panjang akhir benda setelah dipanaskan dalam kurunwaktu tertentu.Proses ini melibatkan alat indrauntuk mencatat data danmengolah data agar dihasilkan kesimpulan yang tepat.
2.Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).
Misalnya,observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
Termasuk teknikmanakah yang Anda gunakan ketika Anda belajar fenomena gerak jatuh bebas? Mengapa demikian?
3.Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan.
Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas.
Selain itu,ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas.Misal,pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer. Alat bantu ini membantu ketepatan pengukuran dan data pengamatannyadapat dinyatakan secara kuantitatif. Jika pengukuran dilakukan berulang-ulang dengan tingkat ketelitian yang sama maka data yang diperoleh akan sama. Jika pengukuran dilakukan dengan panca inderasaja, maka data yang diperoleh akan berbeda-beda dan datanya bersifat kualitatif karena didasarkan pada hal-hal yang dirasakan orang yang melakukan pengukuran. Data kualitatif ini bersifat subyektif, karena sangat mungkin keadaan panas benda yang sama, dirasakan oleh dua orang atau lebih yang berbeda, hasilnya berbeda-beda pula sehingga data yang diperoleh tidak obyektif
4. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.
Contoh,sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa kepersidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan denganmenghadirkan ahlinya.

5.Belajar IPA merupakan proses aktif
Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalambelajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on (NRC, 1996:20). Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.
Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang menganjurkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya.
Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk mengajukan per tanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan, membuat keputusan, diskusi kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar.
Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20).
Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran di sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengancara ini diharapkan pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Kenyataan di lapangan, aktivitas siswa sering diartikan sempit. Bila siswa aktif berkegiatan, walaupun siswa sendiri tidak mengetahui (merasa pasti) untuk apa berbuat sesuatu selama pembelajaran, maka dianggap pembelajaran sudah menerap-kan pendekatan yang aktif.
Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi danmemahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-  hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
 Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan padapengalamanbelajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.








DAFTAR PUSTAKA
Wasih Djojosoediro . Modul Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. Semarang : UNNES PGSD

Selasa, 23 Desember 2014

Penilaian Portofolio




PENILAIAN PORTOFOLIO

A.       Latar Belakang
1. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan.Pasal 22 ayat 1  menyatakan
bahwa  penilaian hasil Pembelajaran  pada  jenjang  pendidikan dasar dan Menengah menggunakan berbagai teknik  penilaian sesuai  dengan  kompetensi  dasar  yang  harus  dikuasai.
2. Permendiknas No.41 Tahun 2007 Standar Proses
·      Lampiran IV tentang penilaian hasil pembelajaran  menyatakan  bahwa   penilaian  dilakukan  secara  Konsisten , sistematik, dan ter­program dengan menggunakan tes dan nontes yang salah satunya adalah portofolio.
·      Guru belum terbiasa menggunakan  portofolio untuk  Penilaian karena belum memahami manfaat  penilaian portofolio, prinsip, mekanisme dan prosedur, perangkat portofolio untuk penilaian , pengolahan dan pelaporan hasil.

B.       Tujuan
          Memberikan acuan bagi guru dalam mengembangkan portofolio untuk penilaian sebagai salah satu alternatif penilaian pembelajaran atau penilaian pencapaian kompetensi siswa.

C.       Unsur yang terlibat
1.       Kepala sekolah
2.       Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah
3.       Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

D.       Referensi
1.    Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat 1   
     dan Pasal 22 ayat 2;
2.  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses;
3.  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, khususnya 
     lampiran SK dan KD tiap mata pelajaran;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
5.  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian;

E.       Pengertian dan Konsep
Penilaian Otentik merupakan usaha untuk mengukur atau memberikan penghargaan atas  kemampuan  seseorang yang benar-benar menggambarkan apa yang dikuasainya.
Model Penilaian Berbasis Portofolio (Portofolio Based  Assesment ) adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dokumentasi pengalaman belajarnya.
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta  didik, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja yang  ditentukan oleh guru atau oleh peserta didik bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan  oleh  kurikulum.
“Model penilaian berbasis portofolio ( Portofolio based Assesment ) adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan,  dan mnyeluruh, tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya.” ( Budimansyah, 2002 : 107).
          “ Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukka perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karya siswa, antara lain karangan, puisi, surat, komposisi, musik, penelitian, dan lain-lain.”
 ( Abdul Majid, 2013 : 352 ).

F.        Hal-hal dalam mengembangkan penilaian portofolio ( Abdul Majid, 2013 : 352 )
          Guru perlu melakukan hal-hal berikut :
        menjelaskan maksud penggunaan portofolio;
        menentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat;
        mengumpulkan dan menyimpan karya-karya setiap siswa dalam satu map / folder / wadah;
        memberi tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga
         dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu;
       menentukan kriteria penilaian sampel-sampel portofolio siswa beserta pembobotannya
         bersama para siswa agar dicapai kesepakatan;
        mminta siswa menilai karyanya secara berkesinambungan;
       setelah suatu kary dinilai dan ternyata nilainya belum memuaskan, guru memberi kessempatan kepada siswa untuk memperbaiki lagi;
        Bila perlu, menjadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.

G.      Alur PengembanganPortofolio Untuk Penilaian


    
 

 




 
H.       Jenis Karya Siswa  :

1.       Hasil proyek, penyelidikan atau praktik siswa
2.       Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa
3.       Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan  mata pelajaran  yang bersangkutan
4.       Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah
5.       Laporan hasil penyelidikan
6.       Penyelesaian soal – soal terbuka
7.       Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas
8.       Laporan kerja kelompok
9.       Hasil Kerja siswa  
10.     Dll

I.          Langkah-langkah Penggunaan Portofolio : 
1.       Menentukan maksud atau fokus portofolio
2.       Menentukan aspek isi yang dinilai
3.       Menentukan bentuk, susunan atau organisasi  portofolio
4.       Menentukan penggunaan portofolio
5.       Menentukan cara menilai portofolio
6.       Menentukan bentuk atau penggunaan rubrik

J.         Bentuk Portofolio :
1.       Portofolio Proses ( Proses Oriented )
Adalah portofolio yang menekankan pada tinjauan bagaimana perkembangan peserta didik dapat diamati dan dinilai dari waktu ke waktu
2.       Portofolio Produk (Product Oriented )
Adalah portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang telah dilakukan peserta didik , tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk mencapai  hasil itu terjadi.

K.      Contoh Portofolio

  •    Contoh tugas untuk membuat portofolio “karya terbaik”.
Kumpulkan dalam satu bundel, karya tulis kamu, untuk menunjukkan karya terbaik kamu dalam pembuatan puisi, laporan kunjungan ke objek wisata,artikel dalam majalah dinding. Jelaskan mengapa masing-masing merupakan karya terbaik.

  •    Contoh tugas untuk membuat portofolio perkembangan atau kemajuan belajar.
Tuliskanlah uraian tentang kemajuan kemampuanmu menulis cerita/makalah/laporan (salah satu), selama satu semester terakhir, dengan menceriterakan cara menulis draf awal, cara memperbaiki draf itu, kritikmu atas draf awalmu, dan penilaianmu atas kemajuan atau perkembangan kemampuanmu itu.
  •   Contoh dari sumber Buku Strategi Pembelajaran ( Abdul Majid, 2013 : 356-360 )  diantaranya sebagai berikut :











L.       Contoh Pedoman Penskoran:
Pedoman Penskoran Hasil Penyelidikan
1. Bukti terjadinya proses berpikir.
·                Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi portofolio dan data dalam
setiap satuan itu?
·                Apakah siswa telah berusaha membuat dugaan, menjelajah, menganalisis, mencari pola,
dsb?
·                Apakah siswa telah menggunakan materi konkret atau gambar untuk menafsirkan dan
memecahkan masalah, atau untuk memperoleh hasil penyelidikannya?
·                Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam pemecahan masalah atau
penyelidikannya?
[Besarnya skor sama dengan banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang mungkin :
0, 1, 2, 3, 4]

M.     Contoh Tugas dan Pedoman Penskoran:
            







DAFTAR PUSTAKA
1.      Budimansyah, Dasim ( 2003 ). Model Pembelajaran Penilaian Portofolio. Bandung : Penerbit PT.GENESINDO
2.      Majid, Abdul ( 2013 ). Strategi Pembelajaran. Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Offset